wikipedia
JAKARTA – Baharuddin Jusuf Habibie menjadi salah satu anak didik kesayangan Soeharto kala itu. Saking sayangnya, Soeharto menyekolahkan Habibie ke Jerman dan dijadikan Menteri Riset dan Teknologi selama beberapa periode, hingga akhirnya menjadi wakil presiden.
Namun, suasana berubah setelah Soeharto lengser dari jabatan presiden dan digantikan oleh Habibie. Sejak saat itu, Soeharto enggan berjumpa dengan Habibie, bahkan hingga akhir hayatnya “bapak dan anak” tersebut tidak sekali pun bertemu.
Mantan Kepala Protokol Istana zaman Soeharto, Maftuh Basyuni, membeberkan kisah tersebut di dalam buku Pak Harto The Untold Stories. Maftuh kala itu menjadi penyampai pesan dari Habibie di Istana ke Soeharto di Cendana.
“Sejak Pak Harto berhenti, beberapa kali saya datang ke Cendana untuk menyampaikan permintaan BJ Habibie yang ingin bertemu dengan Pak Harto,” kata Maftuh.
Pada hari ulang tahun Soeharto ke-77 tepatnya 8 Juni 1998, Maftuh kembali mendatangi Cendana dan membawa bunga serta kartu ucapan selamat dari Habibie. Niatnya tetap sama, Habibie ingin bertemu dengan Soeharto. Sayang, upaya ini kembali gagal.
“Basyuni (sapaan Maftuh dari Soeharto), sampaikan ke Pak Habibie, dalam situasi seperti ini tidak elok Pak Habibie bertemu dengan Pak Harto, nanti ketularan dihujat orang banyak. Biarlah Pak Harto sendiri yang menghadapi hujatan-hujatan itu, yang lain siapa bekerja sebaik-baiknya untuk bangsa dan negara,” tegas Soeharto kepada Maftuh.
Menurut Maftuh, tanggal 21 Mei adalah hari terakhir Soeharto melihat BJ Habibie. Usai Habibie disumpah menggantikan Soeharto, Habibie mendapat ucapan dari banyak orang di Istana. Pada saat itulah, Soeharto meninggalkan acara dan memilih pulang.
“Pak Harto di mana?” tanya Habibie kepada Maftuh. “Sudah pulang ke Cendana,” jawabnya. Itulah hari terakhir guru dan murid berpisah secara fisik.
0 comments:
Post a Comment